Pola Tidur Shift Worker: Bagaimana Tetap Sehat Meski Jadwal Tidur Tidak Normal
- Vishal Chander Dasani
- Dec 23, 2024
- 5 min read

Pekerja shift (shift worker) menghadapi tantangan unik dalam menjaga kesehatan, terutama karena jadwal kerja mereka sering kali mengganggu pola tidur alami tubuh. Jam kerja yang berubah-ubah dapat membuat tubuh kesulitan menyesuaikan ritme biologis, mengakibatkan kelelahan kronis, insomnia, dan masalah kesehatan jangka panjang. Namun, dengan strategi yang tepat, para pekerja shift tetap bisa menjaga kesehatan meski jadwal tidur kurang ideal.
Shift worker adalah individu yang bekerja di luar jam kerja normal (09.00–17.00). Pola kerja ini dapat melibatkan shift malam, shift bergantian (rotasi), atau shift tetap pada jam yang tidak biasa. Shift worker banyak ditemukan di profesi seperti tenaga medis, petugas keamanan, operator pabrik, dan layanan transportasi. Ritme kerja ini sering mengganggu ritme sirkadian tubuh, yang bertugas mengatur pola tidur dan bangun secara alami.
Jenis-jenis Shift Worker:
1. Berdasarkan Rotasi Jadwal
Rotasi Harian: Jadwal kerja berubah setiap hari, misalnya dari shift pagi ke malam, kemudian kembali ke pagi. Pola ini sangat sulit untuk tubuh karena tidak ada waktu adaptasi.
Rotasi Mingguan: Jadwal kerja berganti setiap minggu, misalnya shift malam selama seminggu penuh, lalu berganti ke shift pagi di minggu berikutnya. Pola ini lebih ramah bagi tubuh karena memberikan waktu adaptasi.
2. Berdasarkan Arah Rotasi
Clockwise Rotation (searah jarum jam): Pergantian shift yang “maju,” misalnya dari shift pagi ke siang, lalu malam. Ini lebih mudah diterima tubuh karena menyerupai ritme biologis alami.
Anti-clockwise Rotation (berlawanan jarum jam): Pergantian shift yang “mundur,” misalnya dari shift malam ke siang, lalu pagi. Pola ini sangat menantang karena mempersingkat waktu istirahat.
Tantangan Tidur pada Shift Worker
Gangguan Ritme Sirkadian
Ritme sirkadian adalah jam biologis tubuh yang mengatur siklus tidur-bangun dalam 24 jam, dipengaruhi oleh paparan cahaya alami. Tubuh kita secara alami terprogram untuk aktif di pagi-siang hari dan beristirahat di malam hari. Shift worker, terutama yang bekerja pada shift malam atau memiliki jadwal yang sering berubah, menghadapi tantangan besar karena ritme sirkadian mereka harus terus-menerus beradaptasi.
Ketika jadwal tidur dan bangun berubah secara drastis, tubuh membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri, yang sering kali tidak cukup karena jadwal shift yang ketat. Hal ini menyebabkan ketidaksesuaian antara kebutuhan tubuh untuk tidur dan tuntutan pekerjaan, yang dikenal sebagai desinkronisasi ritme sirkadian. Akibatnya, shift worker sering merasa lelah meski telah tidur cukup lama di luar jam kerja.
Kelelahan Kronis
Kelelahan kronis adalah hasil akumulasi dari kurangnya waktu tidur yang berkualitas. Shift worker sering kali tidak mendapatkan tidur yang cukup karena:
Waktu tidur yang tidak ideal: Misalnya, tidur di pagi atau siang hari ketika tubuh lebih sulit untuk beristirahat.
Gangguan dari lingkungan: Kebisingan, cahaya terang, atau gangguan rumah tangga sering mengurangi durasi tidur mereka.
Kelelahan kronis tidak hanya memengaruhi produktivitas dan keselamatan kerja, tetapi juga berdampak buruk pada kesehatan jangka panjang. Studi menunjukkan bahwa shift worker yang kurang tidur memiliki risiko lebih tinggi terkena obesitas, diabetes, hipertensi, dan gangguan kardiovaskular.
Pola Makan dan Energi
Shift worker sering mengandalkan makanan cepat saji, makanan ringan tinggi gula, atau minuman berkafein untuk menjaga energi selama bekerja. Namun, pola makan seperti ini justru dapat memperburuk kualitas tidur.
Kurangnya perhatian terhadap nutrisi yang seimbang juga dapat memengaruhi energi dan kesehatan secara keseluruhan, meningkatkan risiko gangguan metabolisme.
Tantangan-tantangan ini menunjukkan betapa kompleksnya masalah tidur yang dihadapi shift worker. Gangguan ritme sirkadian, kelelahan kronis, dan pola makan yang buruk saling berkaitan, menciptakan siklus gangguan tidur yang sulit diatasi tanpa intervensi yang tepat. Dengan memahami tantangan ini, langkah-langkah praktis dapat diambil untuk meminimalkan dampaknya dan meningkatkan kualitas hidup shift worker.
Untuk solusi praktisnya, saya akan sertakan contoh kasus agar lebih mudah dipahami!
Rotasi Harian (Clockwise)
Rina adalah seorang perawat yang bekerja dengan jadwal sebagai berikut:
Hari Senin: Shift pagi (07.00–15.00)
Hari Selasa: Shift siang (15.00–23.00)
Hari Rabu: Shift malam (23.00–07.00)
(Kamis off, kemudian pola diulang Jumat - Minggu -> ini ilustrasinya)
Tantangan yang dihadapi Rina:
Adaptasi waktu tidur: Rina membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri pada setiap pergantian shift, terutama ketika berganti ke shift malam.
Kelelahan kumulatif: Karena waktu tidur berubah setiap hari, tubuh sulit mendapatkan tidur berkualitas dalam jumlah cukup
Gangguan ritme sirkadian: Tubuh Rina terus-menerus dipaksa menyesuaikan waktu tidur dan bangun baru, yang bisa mengacaukan jam biologisnya.
Solusi Praktisnya:
Persiapan Sebelum Shift Baru
Sebelum shift siang, Rina bangun sedikit lebih lambat dari biasanya untuk membantu tubuh beradaptasi dengan jadwal baru. Alternatifnya adalah bangun dijam yang sama dan selipkan tidur siang sebentar sebelum shift siang.
Sebelum shift malam, Rina tidur siang selama 2–3 jam di sore hari.
Setelah shift malam, tidur pagi selama 4 jam-an; waktu yang cukup untuk pemulihan tubuh tanpa membuat tidur malam berikutnya terlalu sulit. Tambahkan power nap 20–30 menit di sore hari untuk mengisi ulang energi tanpa mengganggu waktu tidur malam. Tidur malamnya bisa dimajukan sekitar 30 - 60 menit untuk mendapatkan durasi tidur yang lebih (tentunya dengan melakukan ritual relaksasi).
Rotasi Harian (Anti-Clockwise)
Dedi adalah seorang teknisi pabrik yang bekerja dengan jadwal berikut:
Hari Senin: Shift malam (23.00–07.00)
Hari Selasa: Shift siang (15.00–23.00)
Hari Rabu: Shift pagi (07.00-15.00)
Tantangan yang dihadapi Dedi:
Waktu istirahat sangat terbatas: Setelah shift malam, Dedi harus mempersiapkan diri untuk shift siang, sehingga waktu tidur efektif sangat singkat.
Gangguan ritme sirkadian: Rotasi anticlockwise mempersingkat waktu istirahat, memaksa tubuh untuk beradaptasi lebih cepat dari yang seharusnya
Kelelahan ekstrem: Kurangnya waktu tidur yang konsisten membuat Dedi merasa lelah sepanjang hari.
Solusi Praktisnya:
Persiapan Sebelum Shift Baru
Setelah shift malam (07.00), Dedi segera tidur pagi selama 3–4 jam (misalnya 07.30–11.30). Gunakan masker tidur dan tirai blackout untuk menciptakan lingkungan tidur gelap yang membantu tubuh beristirahat lebih baik. Power nap (20–30 menit) sekitar pukul 13.30–14.00 untuk mengurangi kantuk dan meningkatkan fokus selama shift.
Setelah shift siang (23.00), Dedi memulai tidur pada pukul 24.00–05.30 untuk mendapatkan tidur sekitar 5 jam. Setelah bangun, Dedi bisa mendapatkan paparan cahaya alami selama 10-15 menit (sambil berjalan santai) untuk membantu tubuh merasa segar
Setelah shift pagi (15.00), Setelah pulang kerja, Dedi dapat melakukan aktivitas ringan terlebih dahulu, kemudian, tidur siang selama 1–1,5 jam di sore hari
Semoga sampai disini tidak membingungkan dan mudah dipahami serta dipraktekkan 😊
Sebagai penutup ...
Shift worker menghadapi tantangan besar dalam menjaga kualitas tidur akibat jadwal kerja yang mengganggu ritme tubuh. Solusi untuk rotasi harian sudah kita bahas, tetapi bagaimana dengan rotasi mingguan? Bagaimana cara mengelola cahaya, nutrisi, olahraga, dan kafein secara efektif?
Semua ini nanti akan dibahas dalam webinar premium (FREE untuk member) yang dirancang untuk memberikan panduan praktis menjaga kesehatan dan performa kerja para shift worker. Referensi:
Sack, R. L., et al. (2007). Circadian rhythm sleep disorders: Part I, basic principles, shift work and jet lag disorders. Sleep, 30(11), 1460-1483.
Akerstedt, T. (2003). Shift work and disturbed sleep/wakefulness. Occupational Medicine, 53(2), 89-94.
Wong, H., & Mak, Y. W. (2022). Shift work and its impact on sleep and mood disorders. Journal of Affective Disorders Reports, 7, 100345.
Comments