top of page
Search

Kontrol Nafsu Makan-mu Dengan Tidur




Kurang tidur bukan hanya membuat kita merasa lelah dan kurang fokus, tetapi juga bisa

memengaruhi pola makan kita secara signifikan. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa

ketika kita tidak mendapatkan cukup tidur, kita cenderung merasa lebih lapar dan makan lebih

banyak, terutama makanan yang tinggi kalori. Tapi, apa sebenarnya yang terjadi di dalam tubuh kita saat kita kurang tidur? Mari kita telaah lebih dalam.


Hormon Pengatur Nafsu Makan: Leptin dan Ghrelin

Tubuh kita memiliki mekanisme yang canggih untuk mengatur rasa lapar dan kenyang melalui dua

hormon utama: leptin dan ghrelin.


1. Leptin: Hormon ini diproduksi oleh sel-sel lemak di tubuh kita dan berfungsi untuk

memberi sinyal kepada otak bahwa kita sudah cukup makan. Ketika kadar leptin tinggi, otak

menerima pesan bahwa tubuh sudah kenyang, sehingga kita cenderung berhenti makan.


2. Ghrelin: Sebaliknya, ghrelin adalah hormon yang diproduksi di lambung dan berfungsi

untuk merangsang rasa lapar. Ketika kadar ghrelin tinggi, otak kita menerima sinyal bahwa

tubuh membutuhkan makanan, sehingga kita merasa lapar.


Dalam kondisi normal, saat kita tidur cukup, hormon leptin dan ghrelin bekerja dalam

keseimbangan yang menjaga kita makan sesuai kebutuhan. Namun, ketika kita kurang tidur,

keseimbangan ini terganggu. Penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur menyebabkan penurunan

kadar leptin dan peningkatan kadar ghrelin. Dengan kata lain, kita merasa lebih lapar dan tidak

merasa kenyang meskipun sudah makan. Inilah alasan mengapa kurang tidur dapat memicu

overeating.


Peran Kortisol dan Stres pada Nafsu Makan

Kurang tidur juga mempengaruhi hormon kortisol, yang dikenal sebagai hormon stres. Kortisol

biasanya meningkat pada pagi hari untuk membantu kita bangun dan merasa waspada, kemudian menurun sepanjang hari. Namun, kurang tidur menyebabkan kadar kortisol tetap tinggi sepanjang hari, yang bisa meningkatkan rasa lapar dan keinginan untuk makan makanan yang tinggi gula dan lemak.


Kortisol yang tinggi juga dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memetabolisme glukosa,

yang bisa mengarah pada resistensi insulin dan peningkatan risiko diabetes tipe 2. Dengan

demikian, kurang tidur tidak hanya memengaruhi nafsu makan, tetapi juga berpotensi mengganggu metabolisme tubuh secara keseluruhan.


Bagaimana Kurang Tidur Mempengaruhi Otak?

Kurang tidur juga berdampak pada bagian otak yang disebut prefrontal cortex, yang berperan

penting dalam pengambilan keputusan dan pengendalian diri. Ketika kita tidak cukup tidur, fungsi

prefrontal cortex menjadi terganggu, yang membuat kita lebih sulit menahan godaan makanan yang tidak sehat. Misalnya, ketika kita sedang diet, kurang tidur bisa membuat kita lebih sulit menolak camilan atau makanan manis.


Selain itu, kurang tidur juga meningkatkan aktivitas di area otak yang berkaitan dengan keinginan

dan kenikmatan, seperti nucleus accumbens. Aktivitas yang meningkat di area ini bisa membuat makanan terlihat lebih menarik dan lebih sulit untuk ditolak, terutama makanan yang tinggi kalori dan lemak.


Tubuh yang Lelah Mencari Sumber Energi Cepat

Secara alami, ketika tubuh kita merasa lelah karena kurang tidur, tubuh akan mencari sumber energi yang cepat. Makanan yang kaya karbohidrat sederhana, seperti roti, pasta, kue, dan permen, menjadi pilihan yang sering kita inginkan karena mereka cepat meningkatkan kadar gula darah dan memberikan dorongan energi singkat. Namun, energi ini bersifat sementara, dan setelah gula darah turun lagi, kita kembali merasa lapar dan lelah, sehingga siklus keinginan untuk makan terus berulang.


Perbandingan dengan Mesin Mobil

Jika kita bandingkan dengan mesin mobil, kurang tidur membuat tubuh kita seperti mobil yang

berjalan dengan bahan bakar yang kurang dan kualitas rendah. Mobil mungkin bisa berjalan, tapi performanya menurun, dan jika dipaksakan, bisa mengalami kerusakan.


Tubuh kita juga begitu.


Kurang tidur membuat kita terus-menerus mencari "bahan bakar" dalam bentuk makanan, terutama

makanan berkalori tinggi yang mungkin tidak memberikan nutrisi optimal. Akibatnya, kita tidak

hanya merasa lelah, tetapi juga cenderung makan berlebihan, yang bisa berdampak buruk pada

kesehatan jangka panjang, seperti obesitas dan diabetes.


Dampak Jangka Panjang dari Kurang Tidur

Jika kebiasaan kurang tidur dan overeating ini berlangsung dalam jangka panjang, risiko kesehatan kita bisa meningkat. Selain obesitas dan diabetes tipe 2, kurang tidur juga dikaitkan dengan penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan gangguan metabolisme lainnya. Ini karena tubuh kita tidak mendapatkan waktu yang cukup untuk memperbaiki dan meregenerasi sel-sel yang rusak, serta tidak bisa mengatur metabolisme dengan baik.


Kesimpulan

Kurang tidur bukan hanya tentang merasa lelah keesokan harinya. Dampaknya jauh lebih kompleks dan mempengaruhi hampir semua aspek kesehatan kita, termasuk pola makan dan metabolisme.


Dengan tidur yang cukup, kita tidak hanya membantu tubuh kita untuk beristirahat dan pulih, tetapi

juga menjaga keseimbangan hormon yang mengatur nafsu makan, mengendalikan keinginan

makan, dan mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik terkait makanan.


Oleh karena itu, tidur yang cukup harus menjadi prioritas dalam gaya hidup sehat, sama seperti diet seimbang dan olahraga teratur. Dengan tidur yang cukup, kita bisa menghindari overeating,

menjaga berat badan ideal, dan tentu saja, menjaga kesehatan jangka panjang kita!

 
 
 

コメント


bottom of page